Oleh: Dalpa Waliatul Maula (Mahasantriwa SUPI ISIF Cirebon)
ISIF CIREBON – Dalam buku Nalar Kritis Muslimah karya Ibu Nyai Nur Rofiah saya menemukan satu tema yang sangat menarik yaitu tentang perempuan Muslim Indonesia.
Dalam tema tersebut Ibu Nur menyebutkan bahwa budaya Arab memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat Muslim non-Arab dalam mengidentifikasi dirinya. Nama, bahasa dan pakaian Arab pun banyak yang meyakini bahwa hal tersebut memiliki nilai religius yang berbeda. Bahkan lagu-lagu Arab pun seringkali dianggap sebagai lagu islami, meskipun isinya tentang percintaan.
Makanya tidak heran jika banyak masyarakat yang menganggap bahwa panggilan akhi ukty lebih islami dari pada panggilan Aa dan Teteh. Atau tidak sedikit juga masyarakat yang berpikir bahwa semua lagu yang memakai bahasa Arab itu lagu religius. Padahal belum tentu.
Seperti halnya yang terjadi pada keluarga saya. Saya kerap kali ditegur oleh ibu saya karena mendengarkan lagu-lagu pop Indonesia. Menurut beliau lagu-lagu tersebut tidak islami dan memungkinkan merusak kehidupan saya sebagai Muslimah. Dengan begitu biasanya beliau menyuruh kami untuk mendengarkan lagu-lagu Arab, walaupun kadang saya menurutinya dengan memutarkan lagu-lagu Nancy Ajram, yaitu lagu bucin berbahasa Arab.
Padahal seperti yang Ibu Nur sampaikan dalam buku yang sama bahwa tidak semua yang berhubungan dengan Arab itu islami, kadang hal-hal itu hanya budaya yang mempunyai nilai yang sama dengan budaya Indonesia. Misalnya soal isi lagu di atas. Mungkin secara bahasa memang Arab, tetapi artinya sama dengan lagu-lagu galau Indonesia yang menceritakan tentang percintaan antara perempuan dan laki-laki.
Menjadi Muslimah Indonesia
Oleh sebab itu, sudah saat ini kita bangga dan menerima identitas kita sebagai Muslimah Indonesia. Karena Islam Indonesia juga memiliki kearifan yang sangat islami, misalnya tradisi yang memungkinkan laki-laki dan perempuan saling bekerjasama, baik di rumah maupun di tempat kerja.
Jelas saja tradisi kerjasama ini sudah sangat sesuai dengan ajaran Islam yang memerintahkan umatnya untuk terus menebar manfaat dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Hal ini seperti dalam al-Qur’an surat al-Hujurat Ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti” (QS. al-Hujurat ayat 13)
Dalam ayat ini, Allah Swt menegaskan bahwa Allah tidak membeda-bedakan makhluknya dari latar belakangnya, tapi Allah melihat dari nilai ketakwaannya, yang jika dalam pandangan Gus Dur ketakwaan tersebut dapat kita lihat dengan budi baik terhadap semua makhluk Tuhan. Karena itulah visi misi Islam yang sesungguhnya, yaitu menjadi rahmat bagi seluruh semesta dan isinya.
Jadi teman-teman, ternyata Arab itu tidak menjadi tolak ukur seseorang berislam secara kafah atau tidak. Karena yang kita tekankan dalam beragama Islam adalah memperkuat keimanan kepada Allah Swt. Serta memperbanyak perbuatan baik dengan saling tolong menolong, saling menghormati dan saling menebar cinta kasih.
Dengan begitu untuk menjadi Muslimah yang kafah tidak harus berpenampilan, berpikir dan bersikap seperti orang Arab. Kita tetap bisa jadi Muslimah yang baik, sekalipun lagu-lagu yang kita dengarkan lagu bucin Indonesia atau K-Pop Korea, seperti BTS dan Blackpink. []
Artikel ini telah terbit di website mubadalah.id dengan judul: Menjadi Muslimah yang Kafah Tidak Perlu Mirip Arab